Surat Kepada Tuhan

Dear Tuhan,

Seperti biasa, saya tidak bisa tidur. Ada yang mengganjal dalam pikiran. Sesekali yang mengganjal itu meluncur ke bawah, dari otak ke ulu hati. Berubah pedih. Terkadang nyeri.

Tuhan, Engkau tahu sesuatu itu. Dia menggumpal. Mengkristal di otak. Tak perlu diceritakan secara gamblang sesuatu itu. Cukup kita berdua saja yang tahu, bukan begitu? πŸ™‚

Malam ini saya enggan tidur. Mungkin kebanyakan tidur. Atau mood saya sedang buruk hingga tak kunjung merebahkan tubuh di atas kasur. Atau… mungkin saya takut mimpi buruk itu kembali singgah. Dua hari ini saya mimpi buruk, Tuhan.

Saya mimpi orang tua saya meninggal. Di hari kedua saya mimpi bertemu dengannya. Pria itu. Tapi kami tak berdua. Kami bertiga, lengkap dengan gadis yang berhasil membuat statusnya menjadi in relationship.

Tuhan, Engkau tahu saya tak percaya akan mimpi. Apalagi mimpi konyol seperti itu. Hanya saja mimpi-mimpi itu membuat saya sedikit membiru. Agak kaku.

Tuhan, saya tidak tahu harus menulis apalagi. Saya hanya ingin Engkau. Saya ingin ngobrol panjang lebar tanpa perlu kata. Mungkin ini egois atau kebodohan, tapi sungguh Tuhan, saya kangen Engkau.

Saya mau bercerita dan mendengar-Mu.

2 Comments

  • cio prihandhika June 9, 2010 at 7:16 am

    again, the way you describe it, it touched me.though we have a different "God".

    Reply
  • Septa Mellina June 9, 2010 at 8:32 am

    again, thank you, Ci. I often knock your blog and see the whole rooms there. Your blog colors me up and put a smile. Life gets more simple when I laugh at your writing. Your writing is so light and energize me πŸ™‚

    Reply

Leave a Reply