Yang Terindah Adalah

Ketika lubang hidungmu mencium bau tanah dan daun yang basah setelah hujan. Ketika indera pendengaranmu menangkap omelan tetangga sebelah kepada anak bungsunya. Atau mungkin saat asap knalpot menyusup berebutan ke paru-parumu dan membuatmu terbatuk-batuk.

Perutmu membesar terisi angin, tapi usapan balsem itu berhasil mendorongnya keluar dalam bentuk gas berbau. Saat kau akan menghadapi ujian, dan kau masih memiliki waktu untuk belajar.

Yang terindah adalah saat tidur di kolong langit, menunggu bintang jatuh bertubrukan di hatimu. Kau masih memiliki sapu saat tersadar bahwa lantai kamarmu kotor. Atau kau masih mendapati sekumpulan manusia sedarah yang disebut keluarga di dalam rumahmu.

Tatkala Ayah menyambitmu dengan ikat pinggang karena kau pulang larut malam. Atau saat Ibumu mengajari cara membuat bolu kukus. Saat kau menemukan selembar uang 5 ribu rupiah yang tersisa di sakumu saat kau kelaparan. Saat sebilah pisau masih tergeletak di dapur waktu kau ingin membelah semangka.

Yang terindah adalah saat melimpahi diri dengan rasa syukur dalam segala hal. Saat mulut, lidah, bibir, dan suaramu bersekongkol berkata “Terima kasih. Engkau baik, Tuhan.” Yang terindah adalah menemui Tuhan dalam hati dan keseharianmu.

Ah, yang terindah juga ketika saya bisa mengunyah sesendok cinta sebelum melahap seluruh porsinya. Sepiring berdua denganmu.

Teruntuk:
mencintai, dicintai, dan konsep bersyukur yang melingkarinya

No Comments

Leave a Reply