Tiada

poem_tiada_featured image

Sesekali, aku berharap kita bertemu lebih awal. Mungkin baiknya begitu. Kau lebih dulu bertemu denganku sebelum dengan dia.

Lalu kau tersenyum. Meninju bahuku. “Kau sinting,” katamu.

Memang demikian adanya. Aku sinting. Kau tahu pasti soal itu. Jika kita waras, kita tidak bisa mencandu. Ketulusan ada pada hati yang gila.

Kau diam. Membuang pandanganmu. Lalu pergi.

“Dua puluh menit lagi dia tiba,” katamu.

Ah, selalu begitu. Lelaki itu sungguh beruntung.

Kemudian kuhisap dalam-dalam rokokku.

Begitulah, segala mimpi mengepul, bergelayut di udara bersama asap rokok selama beberapa detik. Lalu… blas… Tiada.

No Comments

Leave a Reply