Nostalgia di Akhir Pekan

nostalgia | featured image

Lama sudah saya kehilangan akhir pekan yang seperti ini. Berbaring malas di atas kasur. Sepreinya belum diganti, jadi saya bisa membaui aroma rambut dan keringat yang tertinggal di sana. Tak sarapan banyak, cuma meneguk sebotol susu cokelat yang saya beli malam sebelumnya.

Minggu yang seperti ini yang kerap saya rindukan. Memeluk bantal dan guling. Membaca sejumlah tulisan kawan-kawan di blog mereka. Membaca novel-novel lama yang tak juga usai. Menikmati artikel in-depth tentang kehidupan di Nusakambangan.

Ia membuat saya rindu masa-masa jadi mahasiswi Jurnalisme. Duduk diam, mendengarkan dosen mengoceh ini dan itu. Sesekali pikiran saya bertanya-tanya tapi takut bertanya langsung pada dosen. Takut salah. Takut pertanyaan saya begitu bodohnya sampai seekor semut pun bisa tersedak. Eh, tapi bukankah jurnalis harus berani bertanya?

Pikiran ngelantur ke masa lalu—sudah tiga tahun berlalu sejak saya wisuda dan (sepertinya) cukup bikin orang tua bangga lantaran lulus dari kampus bergengsi. Saya sendiri tak merasakan demikian. Tak perlu bangga dengan almamatermu atau di mana kamu bekerja. Jangan bergantung pada gelar dan nama besar institusi; pikirkan bagaimana kamu membangun karakter dan keterampilanmu, begitu pesan dosen saya.

Aroma telur dadar dari atas penggorengan menyelinap pelan ke sela-sela jendela. Seseorang memasaknya di dapur untuk makan siang. Tampaknya sedap juga jika dihidangkan dengan nasi putih hangat dan siraman kecap manis, mirip dengan sarapan saya waktu usia lima tahun. Disuapi Ibu dengan sendok kecil agar muat masuk ke mulut saya. Segera dikunyah, atau Ibu akan marah.

Lagu George Michael diputar di laptop, membawa saya ke belasan tahun silam. Lagu yang sama, dahulu, menemani saya menulis cerita pendek. Dan betapa girangnya perempuan belia itu saat ceritanya dimuat. Dapat honor ratusan ribu untuk mentraktir Ibu semangkuk mie ayam di Pasar Senen, dan beli cincin emas satu gram. Ibu bilang, emas itu tabungan. Entah ke mana cincin itu. Entah ke mana pula hasrat menulis cerita pendek, membuat hidup kadang terasa kering.

Nikmat betul bernostalgia, bikin lupa usia.

Padahal saya tak terlalu tua untuk disebut tua. Dua delapan rasanya masih cukup muda buat menghabiskan sisa malam di sudut Sabang, berkisah dengan kawan lama. Meracau sok tahu tentang kondisi sosial. Mengumpat soal kemacetan dan kota yang kian tak bersahabat. Dan berujung tentang kisah kekasih yang suka diam-diam mengecup pipi. Tentang mantan yang tiba-tiba datang tak diundang, padahal dahulu begitu dinantikan.

Tapi saya masih di sini, di atas ranjang yang sepreinya belum diganti hingga saya bisa membaui aroma rambut dan keringat yang tertinggal di sana.

Lagu George Michael sudah diputar berulang-ulang. Pesan yang masuk ke ponsel belum juga saya balas, karena bernostalgia lebih indah dari sekadar berbasa-basi dengan kawan: “Apa kabar? Boleh minta tolong….”

Mungkin itu sebabnya orang tua lebih suka duduk di teras rumah. Diam. Termenung. Menikmati angin dan suara daun yang bergetar. Pikirannya melayang ke masa-masa kejayaan. Ke masa saat cinta begitu sederhana, dan hidup begitu hangat. Bernostalgia membuatnya lupa akan keriput di keningnya dan bau mint dari balsem yang selalu dioles di pinggang dan tengkuknya.

Memori memang candu, bikin lupa waktu.

4 Comments

  • Nadia January 23, 2017 at 7:15 pm

    Sukakk! ???? terima kasih Septaaa udh dikasih tau link blognya,
    jadi ada yg enak dibaca drpd kebanyakan sok tau berkomentar tentang kondisi sosial. ????

    Reply
    • septamellina January 25, 2017 at 9:36 am

      Nadia! Makasih banyak ya udah baca-baca tulisanku. Tulisan-tulisan ini aku buat memang untuk escaping dari tulisan2 “berat” dan hoax hehehe Kalau katanya Vladimir Nobokov: the more you love a memory, the stronger and stranger it is 😀 Jadi ikutan nostalgia gak?

      Reply
  • suar April 7, 2017 at 4:14 pm

    blognya sangat menginspirasi..

    Reply
    • septamellina April 13, 2017 at 3:52 pm

      Halo, salam kenal. Terima kasih ya sudah membaca tulisan saya 🙂

      Reply

Leave a Reply