Tag Archives : Life

Yang Terindah Adalah


Ketika lubang hidungmu mencium bau tanah dan daun yang basah setelah hujan. Ketika indera pendengaranmu menangkap omelan tetangga sebelah kepada anak bungsunya. Atau mungkin saat asap knalpot menyusup berebutan ke paru-parumu dan membuatmu terbatuk-batuk. Perutmu membesar terisi angin, tapi usapan balsem itu berhasil mendorongnya keluar dalam bentuk gas berbau. Saat kau akan menghadapi ujian, dan kau masih memiliki waktu untuk…

Read More »

Semalam


Semalam aku kembali menatap pantulanmu di cermin. Refleksi fisikmu tergambar jelas di sana, dari ujung rambut hingga ujung kaki. Kakimu bagus, lumayan jenjang. Aku tak tahu apakah bulu-bulu itu perlu dicukur atau tidak. Terserah, Sayang. Setidaknya, kakimu yang panjang cukup membuat tubuhmu menjulang–dan membuatku berjinjit manakala kecupan itu mengarah ke ujung bibirmu. Bahumu? Ah, ya baiklah, bahumu bidang. Bahu yang…

Read More »

Menunduk: Renungan Tentang Hidup Yang Utuh


Dua bulan terakhir saya belajar hal baru soal hidup. Hal ini belum pernah terlintas di pikiran saya sebelumnya. Hal sepele dan seringkali diremehkan, tapi justru dari sinilah hidup bisa dimaknai lebih bijak. Ketika saya lapar, maka saya makan. Saya menikmati setiap makanan dan minuman yang tersedia. Terkadang itu pun tak cukup. Saya makan ini, makan itu, minum ini, minum itu…

Read More »

Hanya Lelah. Itu Saja.


Hari ini saya terpikir untuk keluar dari kotak nyaman saya. Hidup di perumahan dengan tetangga yang hanya tersenyum saat bertemu. Terhipnotis dengan kehidupan jetset yang di lain waktu berbalik 180 derajat di sebuah boks bernama televisi. Sibuk dengan ponsel dan pesan-pesan pendek. Iklan blackberry yang makin ganas di koran. Belum kelar menghela napas, sudah ada Android yang entah pecah dari…

Read More »