Tag Archives : poem

poem_beyond_featured image

Beyond


I love you, from the very first time we met. I remember that day, that place, the clothes you wore, the bag you carried on your shoulder. I remember when my eyes met yours. My heart palpitated. It beat faster, 10 times faster than before. I had no clue why my hands were wet. Butterflies flew on my stomach. You…

Read More »
poem_aku mau menulismu_featured image

Aku Mau Menulismu


Malam ini, aku mau menulismu. Mungkin tentang lekuk matamu yang dibingkai alis yang tak terlalu pejal. Mungkin juga soal hidungmu yang sempurna. Atau bagaimana kau menggenggam tanganku seraya berusaha fokus pada kemudi mobil saat kita membelah malam di Jakarta. Aku mau menulis tentang betapa aku kecanduan bersandar di bahumu hingga terlelap. Sesekali akan kuselipkan cerita tentang sisi manjaku, keluhan-keluhanku, mimpiku……

Read More »
poem_he made my day_featured image

He Made My Day


I thank my God for the morning hot tea today. For a friendly traffic. For those songs I could listen and sing on my iPod. For the warm breeze of the trees behind  the gate. For a sudden kiss on my cheek you gave, realizing that our love is still there.

Read More »
poem_bisakah berpisah tanpa merindu_featured image

Bisakah Kita Berpisah Tanpa Merindu?


Sama seperti hari-hari sebelumnya, aku merindumu. Rindu ini nyaris tumpah, kepenuhan. Jika dulu ia datang malam-malam, kini ia datang lebih awal. Lebih sering. Lebih menyiksa. Menurutmu, rindu itu menyenangkan? Tidak. Merindumu itu siksaan. Merindumu lebih sakit dari perpisahan itu sendiri. Aku bertemu denganmu. Melihatmu dari jarak jauh, lalu rindu itu lenyap. Terobati. Kadang aku pun sial. Bertemu denganmu membuat rinduku…

Read More »
poem_rindu_featured image

Rindu


Rindu selalu punya jadwal. Ia datang pelan-pelan pada malam hari. Tepat ketika selembar selimut ditarik hingga sebatas dagu. Ia tak pernah datang terlambat. Sekitar pukul 10 atau 11 malam, ia tiba. Sesekali ia datang lebih awal. Sikapnya manis, lembut. Kau bisa menikmatinya. Tapi di lain waktu, ia bisa sangar dan nyaris membunuhmu. Dan malam ini ia datang padaku. Sebab sejak…

Read More »

Mati Konyol


Sekarang kangenku sudah sebatas dagu. Aku bersiap tercekik. Mati–mati konyol. Nyawaku 1. Jiwaku 1. Jika kumati, maka semuanya enyah. Tinggal rohku yang menggelayut dalam malammu. Memohon kecupan kilat di ujung bibir. Bertemu dengamu bukanlah sebuah rutinitas. Bertemu denganmu adalah sebuah kebutuhan. Sekarang kangenku sudah sebatas dagu. Napasku tersengal. Aku kangen. Sungguh. Pernahkah aku membohongimu?

Read More »

Kebetulan


Kita bertemu dalam suatu kesempatan. Kau tak melihatku. Aku yang melihatmu, sekali, dua kali, tiga kali. Sekelebat saja, namun terekam jelas. Kita bertemu kembali. Tanpa sebuah perencanan dan dugaan. Kita bertemu di sana, di kolong atap sederhana. Dan aku terheran bisa menemukanmu di sana. Sekian menit setelah itu, kita berada dalam satu ruang yang sama. Mencoba meyakinkan diri bahwa semuanya…

Read More »