Jika kamu merasa lelah, jenuh, atau bosan dengan aktivitas kemudian semuanya itu menyadarkanmu soal “sesuatu yang penting” itu, rasanya wajarnya. Coba bayangkan! Semua berjalan normal. Kamu tetap sibuk. Bahkan, larut dalam kesibukan yang “menyamankanmu”.
Kesibukan menjadi menyenangkan. Deadline menjadi sangat bersahabat. Permasalahan jadi ringan. Kesesakan hidup jadi kebahagiaan tersendiri. Kini kamu berteman dengan kemacetan, keluhan, umpatan, tangis, omelan beserta kawan-kawan lainnya menjadi “teman” tersendiri yang membuatmu nyaman. Kamu hidup di tengah hiruk-pikuk kota, tapi sangat terbiasa dengan semuanya hingga kepenatan tak terasa lagi.
Bayangkan, semua berjalan normal. Semua (terasa) baik-baik saja.
Sampai satu hal datang. Ia mencubitmu. Menyadarkanmu tentang “sesuatu yang penting” yang sudah terlupakan bertahun-tahun. Begitu lama, sampai kamu merasa “sesuatu yang penting” itu menjadi tak penting lagi.
Pernahkah?
Apa yang salah? Kesibukankah? Masalah dengan ingatankah hingga “sesuatu yang penting” jadi terlupakan? Padahal, kalau “sesuatu” itu benar-benar penting, harusnya tak terlupakan, karena ia penting. Atau.. Tekanan sosial (mungkin termasuk budaya) yang menggeser “sesuatu” itu menjadi posisi terbawah dari daftar prioritasmu?
Ingat lagi, adakah yang terlupakan saat ini? “Sesuatu yang penting” yang nyaris berkarat, absen dari ingatanmu (dan saya) selama bertahun-tahun.
No Comments