Tag Archives : puisi

Mati Konyol


Sekarang kangenku sudah sebatas dagu. Aku bersiap tercekik. Mati–mati konyol. Nyawaku 1. Jiwaku 1. Jika kumati, maka semuanya enyah. Tinggal rohku yang menggelayut dalam malammu. Memohon kecupan kilat di ujung bibir. Bertemu dengamu bukanlah sebuah rutinitas. Bertemu denganmu adalah sebuah kebutuhan. Sekarang kangenku sudah sebatas dagu. Napasku tersengal. Aku kangen. Sungguh. Pernahkah aku membohongimu?

Read More »

Kebetulan


Kita bertemu dalam suatu kesempatan. Kau tak melihatku. Aku yang melihatmu, sekali, dua kali, tiga kali. Sekelebat saja, namun terekam jelas. Kita bertemu kembali. Tanpa sebuah perencanan dan dugaan. Kita bertemu di sana, di kolong atap sederhana. Dan aku terheran bisa menemukanmu di sana. Sekian menit setelah itu, kita berada dalam satu ruang yang sama. Mencoba meyakinkan diri bahwa semuanya…

Read More »

Saya Malam.. Saya Mencintai Siang


Saya Malam.. Saya mencintai Siang. Kami tak pernah bertemu. Tak pernah bercerita. Tak pernah bertatap muka. Tapi saya mencintainya. Dia pun demikian. Saya Malam.. Saya mencintai Siang. Ia memberikan harapan untuk menjalani hidup. Dia itu terang untuk hidup saya, meski kami tak pernah bertemu. Saya Malam.. Saya mencintai Siang. Di tengah kegelapan, saya berdoa. Saya memohon pada Tuhan agar kami…

Read More »

(Sebaiknya) Kamu (Jangan) Bahagia (Dulu)


Aku mencintaimu. Sama seperti dulu, saat pertama kali bertemu, bertahun silam. Dengan porsi perasaan yang sama. Tak kurang, tak lebih. Tepat pada porsi yang demikian. Dengan luapan emosi yang sama persis. Rindu yang tak berubah. Semangat yang sama. Manja yang mengepul seperti asap. Tak ada yang berubah. Hanya saja kini cintaku bertujuan. Ke kiri, bukan ke kanan dimana hatimu bercokol…

Read More »

Seperti Pagi Sebelumnya


Tadi pagi, waktu matamu penuh embun, kukecup kedua kelopaknya. Kau tak bergerak, hanya sedikit bersuara manja. Inilah saat-saat yang paling kusuka. Tanganmu terjuntai ke atas. Mulutmu menganga kecil. Kaos putih polos membalut tubuhmu. Secepat kilat, kudekap tubuhmu, berteduh di kolong ketiakmu. Aromamu khas. Aku mau seperti ini dua atau tiga jam lagi. Lupakan jam yang berdering. Lupakan alarm di handphone.…

Read More »

-Mu


Aku tak memikirkan-Mu. Tapi semalam aku memimpikan-Mu. Mungkinkah Kau merindukanku untuk sekedar bertemu dan bercerita soal ini dan itu? Aku menyayangi-Mu. Mencintai-Mu sampai ubun-ubun. Bisakah aku mendua? Tidak!

Read More »

Candu


Kamu itu candu. Semakin kuteguk, semakin tak bisa lepas. Sekarang aku rindu, ini tanggung jawabmu, karena kau candu. Jadi, kalau kau tak juga tanggung jawab, jangan salahkan aku kalau aku terus merindu. Aku kecanduan!

Read More »

Itu Sebabnya


Itu sebabnya aku tak terlalu menyukai perasaan ini. Karena dia mengganggu. Karena dia menguras separuh dari konsentrasiku. Manusia lain memujanya. Bukan berarti aku tak memujanya. Hanya saja aku belum siap menyanjungnya. Aku mengaguminya, tapi tak sekarang. Itu sebabnya aku tak terlalu menyukai perasaan ini. Karena ia datang tak diundang, pulang tak diantar….

Read More »