Beberapa bulan lalu saya sering men-tweet tulisan pendek (super pendek, karena hanya terbatas pada 140 karakter) melalui Twitter. Tulisan ini berbentuk cerita yang punya power
Some say that anonymity is the last refuge for cowards. Judging from mail and comments I’ve read that have been submitted anonymously, I would agree.
Saya Malam.. Saya mencintai Siang. Kami tak pernah bertemu. Tak pernah bercerita. Tak pernah bertatap muka. Tapi saya mencintainya. Dia pun demikian. Saya Malam.. Saya
Aku mencintaimu. Sama seperti dulu, saat pertama kali bertemu, bertahun silam. Dengan porsi perasaan yang sama. Tak kurang, tak lebih. Tepat pada porsi yang demikian.
Setelah sekian lama tidak bertemu, akhirnya Tuhan mengizinkan saya dan seorang teman bertemu dalam sebuah kesempatan. Tak perlu diceritakan bagaimana momen pertemuan kami awalnya. Klimaks
Kalau kau mau tahu apa arti cinta, datang ke mari. Duduk di sebelahku, pegang tanganku. Tangan itu selalu saja dingin saat kau di sampingku. Kalau