Sayangku, mau sampai kapan kita hidup dengan kata orang? Soal perasaan, mimpi, serta pelbagai ketakutan di dalamnya biarlah kita saja yang tahu.
Malam ini, aku mau menulismu. Mungkin tentang lekuk matamu yang dibingkai alis yang tak terlalu pejal. Mungkin juga soal hidungmu yang sempurna. Atau bagaimana kau
Bisakah sebentar saja kita meneguk secangkir teh hangat lalu bercerita soal kepenatan dan kesesakan ini? Satu atau dua jam saja sampai matahari benar-benar turun sore ini.
Saya Malam.. Saya mencintai Siang. Kami tak pernah bertemu. Tak pernah bercerita. Tak pernah bertatap muka. Tapi saya mencintainya. Dia pun demikian. Saya Malam.. Saya
Aku mencintaimu. Sama seperti dulu, saat pertama kali bertemu, bertahun silam. Dengan porsi perasaan yang sama. Tak kurang, tak lebih. Tepat pada porsi yang demikian.
Tadi pagi, waktu matamu penuh embun, kukecup kedua kelopaknya. Kau tak bergerak, hanya sedikit bersuara manja. Inilah saat-saat yang paling kusuka. Tanganmu terjuntai ke atas.