Puisi ini tentang segala pikiran dan omongan orang yang begitu bising, membuat lupa tentang keindahan kecil dalam hidup. Ditulis di awal musim semi 2019.
Nikmat betul bernostalgia, bikin lupa usia. Mungkin itu sebabnya orang tua lebih suka duduk di teras rumah. Diam. Pikirannya melayang ke masa-masa kejayaan.
Sayangku, mau sampai kapan kita hidup dengan kata orang? Soal perasaan, mimpi, serta pelbagai ketakutan di dalamnya biarlah kita saja yang tahu.
“Sejak kapan kau kembali merokok?” “Kau tahu, di dunia ini ada banyak hal yang tidak mudah.” “Berhentilah merokok!” “Tapi tidak berarti kita harus menyerah.”
Bisakah sebentar saja kita meneguk secangkir teh hangat lalu bercerita soal kepenatan dan kesesakan ini? Satu atau dua jam saja sampai matahari benar-benar turun sore ini.
I’m listening to silence that whispers how she misses you a lot. This tic-tac sound of her clock has become her best friend while waiting
Saya ingat betul malam itu. Dingin. Senyap. Kosong. Saya terduduk di taman. Sendiri. Saya tidak mengharapkan bintang atau suatu meteor jatuh terguling. Malam itu pukul
Kalau kau mau tahu apa arti cinta, datang ke mari. Duduk di sebelahku, pegang tanganku. Tangan itu selalu saja dingin saat kau di sampingku. Kalau